PENGERTIAN DAN FUNGSI
06:45

1.     EGF (epidermal growth factor)
Hormon EGF (bahasa Inggris: epidermal growth factor, EGF) adalah senyawa hormon yang diturunkan dari keping darah selain PDGF dan TGF. Penemuan EGF oleh Stanley Cohen dari Unversitas Vanderbilt memenangkan hadiah Nobel di bidang Fisiologi dan Pengobatan pada tahun 1986.
EGF mempunyai panjang 53 AA dan bersifat mitogenik oleh karena tiga gugus disulfida yang menghubungkan Cys6-Cys20, Cys14-Cys31, dan Cys33-Cys42; serta gugus asam amino ke 13 (Tyr), 41 (Arg), dan 47 (Leu), yang berperan dalam berbagai sistem tubuh seperti proliferasi sel, onkogenesis dan penyembuhan luka

2.     PDGF (platelet-derived growth factor)
Hormon PDGF (bahasa Inggris: platelet-derived growth factor, PDGF) adalah senyawa hormon yang diturunkan dari keping darah selain EGF dan TGF. Bersama ILGF, PDGF merupakan faktor neurotropik yang meredam tingkat apoptosis di antara oligodendrosit.Ika.
TGF (transforming growth factor/ tumor growth factor)
Hormon TGF (bahasa Inggris: transforming growth factor, tumor growth factor, TGF) adalah senyawa hormon yang diturunkan dari keping darah selain EGF dan PDGF, dan memiliki dua jenis subtipe.
a.       TGF-α merupakan hormon mitogenik yang disekresi oleh sel kanker dan fibroblas yang termodifikasi oleh infeksi retroviral dan memiliki panjang 50 AA dengan gugus disulfida yang menghubungkan deret Cys8-Cys21, Cys16-Cys32, Cys34-Cys43; dan memiliki gugus fungsional lain yaitu Phe15, Arg42, dan Leu48. Hormon ini bersinergis dengan faktor pertumbuhan yang lain seperti TGF-β dan mengaktivasi perubahan fenotipe pada sel, dari sifat epitelial menjadi mesenkimal, sehingga berperan dalam onkogenesis selain dalam penyembuhan. Peningkatan rasio kompleks pencerap TGF-α dan EGF terjadi pada kasus kanker.
b.      TGF-β menstimulasi pertumbuhan pembuluh darah walaupun menghambat proliferasi sel endotelial dan merupakan senyawa kemotaktis yang kuat bagi makrofaga, sehingga pada sel tumor sering dijumpai rasio makrofaga yang sangat tinggi. Walaupun bersifat imunosupresif, TGF-β menghambat pertumbuhan kanker ovarium; dan bersama faktor osteoinduksi menstimulasi pembentukan tulang.

3.     VEGF (Vascular endothelial growth factor)
Vascular endothelial growth factor (VEGF) adalah glikoprotein proangiogenik yang berfungsi meningkatkan proliferasi, migrasi, survival pada sel endotel serta meningkatkan permeabilitas kapiler.
VEGF adalah sinyal kunci yang digunakan oleh sel yang kekurangan oksigen (oxygen-hungry cells) untuk memicu pertumbuhan pembuluh darah.

4.     INTERLEUKIN-1
Interleukin-1 adalah sebutan bagi beberapa polipeptida sitokina IL-1α, IL-1ß dan IL-1Ra, yang memainkan peran penting dalam regulasi sistem kekebalan dan respon peradangan.
IL-1α dan IL-1ß masing-masing memiliki berkas genetik IL1A, dan IL1B, pada kromosom 2 deret yang sama yaitu 2q14, dan merupakan sitokina pleiotropik hasil sekresi monosit dan makrofaga berupa prohormon, sebagai respon saat sel mengalami cedera, oleh karena itu menginduksi apoptosis. Beberapa pakar menganggap bahwa defisiensi genetik IL1A berperan dalam reumatoid artritis dan Alzheimer.
IL-1ß merupakan sitokina yang diiris oleh ICE, dan berperan di dalam aktivitas selular seperti proliferasi, diferensiasi dan apoptosis. Induksi COX-2 pada sitokina ini di dalam sistem saraf pusat ditemukan sebagai penyebab hipersensitivitas yang memberikan rasa sakit.

5.     INTERLEUKIN-4
Interleukin-4, IL-4 (bahasa Inggris: BSF1, BCGF1, BCGF-1, MGC79402) adalah sitokina pleiotropik yang disekresi oleh sel T yang telah teraktivasi menjadi sel TH2, bersama-sama dengan IL-5 dan IL-13. IL-4 berperan dominan dalam sistem kekebalan dan merupakan faktor yang penting dalam perkembangan hipersensitivitas, dengan fungsi selular yang banyak tumpang-tindih dengan IL-13.

6.     INTERLEUKIN-6
Interleukin-6 (bahasa Inggris: Interleukin 6, Interferon beta-2, IFNB2, B cell differentiation factor, B cell stimulatory factor 2, BSF2, Hepatocyte stimulatory factor, HSF, Hybridoma growth factor, HGF, IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah, terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon peradangan transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan pencerap gp130.

7.     INTERLEUKIN-8
Interleukin-8, IL-8 adalah hormon golongan kemokina berupa polipeptida dengan massa sekitar 8-10 kDa yang digunakan untuk proses dasar, pengikatan heparin, peradangan dan perbaikan jaringan. Ciri khas IL-8 terdapat pada dua residu sisteina dekat N-terminus yang disekat oleh sebuah asam amino. Tidak seperti sitokina umumnya, IL-8 bukan merupakan glikoprotein.
IL-8 diproduksi oleh berbagai macam sel, termasuk monosit, neutrofil, sel T, fibroblas, sel endotelial dan sel epitelial, setelah terpapar antigen atau stimulan radang (ischemia dan trauma). Dua bentuk IL-8 (77 CXC dan 72 CXC) merupakan sekresi neutrofil pada saat teraktivasi.
Produksi IL-8 yang berlebihan selalu dikaitkan dengan penyakit peradangan, seperti asma, leprosy, psoriasis dll. IL-8 juga dapat menginduksi perkembangan tumor sebagai salah satu efek angiogenik yang ditimbulkan, selain vaskularisasi. Dari beberapa kemokina yang memicu kemotaksis neutrofil, IL-8 merupakan chemoattractant yang terkuat. Sesaat setelah terpicu, neutrofil menjadi aktif dan berubah bentuk oleh karena aktivasi integrin dan sitoskeleton aktin.
Basofil, sel T, monosit dan eosinofil juga menunjukkan respon kemotaktik terhadap IL-8 dengan terpicunya aktivasi integrin yang dibutuhkan untuk adhesi dengan sel endotelial pada saat migrasi.

8.     MAKROFAGA
Makrofaga (bahasa Inggris: macrophage, MAC, bahasa Yunani: makros, "pemakan besar" dan bahasa Yunani: phagein, "makan") adalah sel pada jaringan yang berasal dari sel darah putih yang disebut monosit. Monosit dan makrofaga merupakan fagosit, berfungsi baik pada pertahanan tidak spesifik dan juga pada pertahanan spesifik vertebrata. Peran mereka adalah untuk memfagositosis selular dan patogen baik sebagai sel tak berubah atau bergerak, dan untuk menstimulasikan limfosit dan sel imun lainnya untuk merespon patogen.
Makrofaga berasal dari monosit yang terdapat pada sirkulasi darah, yang menjadi dewasa dan terdiferensiasi dan kemudian bermigrasi ke jaringan. Makrofaga dapat ditemukan dalam jumlah besar terutama pada jaringan penghantar, seperti yang terhubung dengan saluran pencernaan, di dalam paru-paru (di dalam cairan tubuh maupun alveoli), dan sepanjang pembuluh darah tertentu di dalam hati seperti sel Kupffer, dan pada keseluruhan limpa tempat sel darah yang rusak didaur keluar tubuh.
Makrofaga mampu bermigrasi hingga keluar sistem vaskuler dengan melintasi membran sel dari pembuluh kapiler dan memasuki area antara sel yang sedang diincar oleh patogen. Makrofaga adalah fagosit yang paling efisien, dan bisa mencerna sejumlah besar bakteri atau sel lainnya. Pengikatan molekul bakteri ke reseptor permukaan makrofaga memicu proses penelanan dan penghancuran bakteri melalui "serangan respiratori", menyebabkan pelepasan bahan oksigen reaktif. Patogen juga menstimulasi makrofaga untuk menghasilkan kemokina, yang memanggil sel fagosit lain di sekitar wilayah terinfeksi.


9.     NEUTROFIL
Neutrofil (bahasa Inggris: neutrophil, polymorphonuclear neutrophilic leukocyte, PMN) adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Dengan sifat fagositik yang mirip dengan makrofaga, neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori menggunakan berbagai macam substansi beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat, termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.
Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%. Sumsum tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.
Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap morfologis: mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen. Neutrofil segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang mengandung granula sitoplasmik (primer atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti sel berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak terlihat sebagai nanah.

10.                        MONOSIT
Monosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna inti selnya.
Pada saat terjadi peradangan, monosit :
a.          bermigrasi menuju lokasi infeksi
b.         mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel tersebut.
Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang disebut monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada bagian pulpa. Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5% selama satu hingga tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh. Sesampai di jaringan, monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan osteoklas.
Umumnya terdapat dua pengelompokan makrofaga berdasarkan aktivasi monosit, yaitu makrofaga hasil aktivasi hormon M-CSF dan hormon GM-CSF. Makrofaga M-CSF mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular. Kebalikannya, makrofaga GM-CSF lebih bersifat sitotoksik terhadap sel yang tahan terhadap sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi MHC kelas II lebih banyak, dan sekresi PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu, turunan jenis makrofaga akan ditentukan lebih lanjut oleh stimulan lain seperti jenis hormon dari kelas interferon dan kelas TNF.
Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi monosit dan makrofaga untuk menjadi sel dendritik.

11.                        GLUKOKORTIROID
Glukokortikoid (bahasa Inggris: Glucocorticoids, GC) adalah golongan hormon steroid yang memberikan pengaruh terhadap metabolisme nutrisi. Hormon dari golongan ini akan mengaktivasi protein yang berperan dalam proses metabolisme seperti sintesis glukosa, pengirisan peptida atau mobilisasi lemak. Penamaan glukokortikoid (glukosa + korteks + steroid) menunjukkan keberadaan golongan ini sebagai regulator glukosa yang disintensis pada korteks adrenal dan mempunyai struktur steroid.
GC merupakan hormon steroid dari kelas kortikosteroid, yang memiliki kapasitas untuk membinasakan limfosit, mengembangkan timosit dan menginduksi apoptosis, sehingga sering digunakan untuk penanganan peradangan seperti artritis, collagen vascular diseases, radang paru dan asma, beberapa jenis radang hati, beberapa penyakit kulit dan granulomatous diseases, sub-akut tiroiditis dan amiodarone-associated thyroiditis. Pada model tikus, GC menyebabkan apoptosis pada prekursor sel T CD8+ yang disebut splenosit CD8+, namun tidak pada sel T CD8+ dewasa, yang disebut sel T pmel-1 CD8+, dan tidak menghambat aktivitas anti-tumor yang diemban sel T CD8+ tersebut.
Seperti halnya hormon lain dalam golongan kortikosteroid, GC juga mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid. Pada dosis tinggi, GC menurunkan laju konversi hormon T4 ke T3, menurunkan sekresi hormon TSH dari kelenjar hipofisis, menginduksi hiperkatabolisme dan malnutrisi.
Saat GC masuk ke dalam sel melalui transporter yang terdapat pada membran sel, setelah berada di dalam sitosol, GC akan terikat pada pencerap glukokortikoid yaitu pencerap NR3C1 (bahasa Inggris: nuclear receptor subfamily 3, group C, member 1; glucocorticoid receptor, GR, GCR) yang berfungsi sebagai faktor transkripsi yang akan mengaktivasi gen yang terdapat di dalam inti sel.
Ikatan yang terjadi antara hormon dan pencerap menyebabkan protein yang sebelumnya terikat pada pencerap, seperti protein HSP-90, menjadi lepas. Lepasnya protein tersebut akan memungkinkan dua pencerap saling mengikat dan membentuk dimer.
Dimer kemudian masuk ke dalam inti sel melalui pori-pori inti sel dan mengikat area tertentu pada deret DNA yang disebut GRE (bahasa Inggris: glucocorticoid response elements). GRE berperan sebagai aktivator transkripsi dari gen target.









0 komentar:

Post a Comment